Masalahpenelitian ini adalah telaah terhadap 10 (sepuluh) Puisi WS.Rendra (Sajak Sebatang Lisong, Makna Sebuah Titipan, Sajak Pertemuan Mahasiswa, Surat Cinta, Sajak Orang Lapar, Sajak Hai, Kamu!, Sajak Rumpun Alang-alang, Sajak Kupanggil Namamu, Sajak Rajawali, dan Sajak Tuhan Aku Cinta Padamu) Tujuan penelitian ini adalah untuk
SAJAKSEBATANG LISONG [2] OLEH: W.S RENDRA Menghisap sebatang lisong melihat Indonesia Raya mendengar 130 juta rakyat dan di langit dua tiga cukong mengangkang berak di atas kepala mereka Matahari terbit fajar tiba dan aku melihat delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan Aku bertanya tetapi pertanyaan-pertanyaanku
Dicetakoleh PT Penebar Swadaya, Jakarta. Tebal : 93 halaman (38 sajak) ISBN : . Gambar jilid oleh A. Wakidjan. Sajak-sajak Sepatu Tua terdiri atas 2 sub judul, yaitu Sajak-sajak Sepatu Tua - yang dibagi menjadi: Bagian Pertama (10 sajak), Bagian Kedua (13 sajak). Sub judul berikutnya adalah Masmur Mawar (15 sajak).
Ideaserupa gelap dan malam muncul dalam karya Emily Dickinson dan Robert Frost, tetapi makna kedua konsep dalam konteks karya sastera sangat berbeza. Dalam karya Emily Dickinson "We Grow Accustomed to the Dark" dan Robert Frost "Mengenal Malam", tema malam dan kegelapan dibandingkan dan dibeza-bezakan melalui unsur-unsur sastera dari sudut
PotretPembangunan dalam Puisi. SAJAK SEBATANG LISONG. Oleh : W.S. Rendra. Menghisap sebatang lisong. melihat Indonesia Raya, mendengar 130 juta rakyat, dan di langit. dua tiga cukong mengangkang, berak di atas kepala mereka. Matahari terbit. Fajar tiba. Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak. tanpa pendidikan. Aku bertanya, tetapi pertanyaan
PuisiWS. Rendra " Sajak Sebatang LisongIni Adalah Video Dalam rangka lomba puisi. di kampus. hehe
Digital Grid.id Kontan.co.id Kgmedia.id Login Berikan Masukanmu Langganan Kompas.id News Nasional Megapolitan Global Surat Pembaca Kilas Daerah Kilas Korporasi Kilas Kementerian Sorot Politik Kilas Badan Negara Kilas Parlemen Indeks Regional Medan Palembang Surabaya Makassar Balikpapan Samarinda Tren
WSRendra (Foto: SP) "Sajak Sebatang Lisong" WS Rendra-Agustus 1978 Menghisap sebatang lisong melihat Indonesia Raya menden Kumpulan Puisi Pendek Karya Denmas Priyadi MENYIMAK SAJAK PUISI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO. Oleh: Slamet Priyadi tanpa makna, hanya basa-basi Asalkan saja rasa senanglah di hati. Pangarakan, Bogor.
PotretPembangunan dalam Puisi. Sajak Sebatang Lisong. Menghisap sebatang lisong melihat Indonesia Raya, mendengar 130 juta rakyat, dan di langit dua tiga cukong mengangkang, berak di atas kepala mereka. Matahari terbit. Fajar tiba. Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan. Aku bertanya, tetapi pertanyaan-pertanyaanku
Dikutipdari buku Kumpulan Esai Apresiasi Puisi (2018) karya Indra Intisa, berikut isi puisi Sajak Sebatang Lisong, karya W.S Rendra: Menghisap sebatang lisong melihat Indonesia Raya, mendengar 130 juta rakyat, dan di langit dua tiga cukong mengangkang, berak di atas kepala mereka. Matahari terbit. Fajar tiba. Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan. Baca juga: Puisi Sapardi Djoko Damono. Aku bertanya, tetapi pertanyaan-pertanyaanku membentur meja kekuasaan yang macet,
menghisapsebatang lisong melihat Indonesia Raya mendengar 130 juta rakyat dan di langit dua tiga cukung mengangkang berak di atas kepala mereka matahari terbit fajar tiba dan aku melihat delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan aku bertanya tetapi pertanyaan - pertanyaanku membentur meja kekuasaan yang macet dan papantulis - papantulis para pendidik
Saya misalnya, selalu mengingat puisi WS Rendra "Sajak Sebatang Lisong". Puisi ini membongkar persepsi saya bahwa sastra adalah karya linuhung yang tak terjangkau dunia rendah manusia. mantra. Kebetulan saya manusia pemuja makna, dan mantra, seperti kata Goenawan Mohamad, tak berkaitan dengan makna tapi dengan tuah. Atau mungkin benar
PuisiSajak Peperangan Abimanyu yang dipersembahkan untuk anaknya ini akan menjadi saksi akan kegetiran sang penyair. Kegetiran yang terlalu mewah untuk dapat kita nikmati sekarang. Sajak Sebatang Lisong Karangan WS.Rendra. Puisi "Bunga dan Tembok" Karya Wiji Thukul. Sajak Matahari Oleh WS. Rendra. Aturan Penggunaan Kata "Pun"
Sajakini dibuat di Jakarta pada tanggal 17 Mei 1998 dan dibacakan Rendra di DPR pada tanggal 18 Mei 1998 SAJAK SEBATANG LISONG menghisap sebatang lisong melihat Indonesia Raya mendengar 130 juta rakyat dan di langit dua tiga cukung mengangkang berak di atas kepala mereka matahari terbit fajar tiba dan aku melihat delapan juta kanak - kanak
Sebaliknyametematis meraih makna pada siklus kuantum perhitungan sangsi ranah hukum, pada norma esensial ketaatan kesehatan nurani. Mampukah makhluk hidup memenuhi ketaatan komitmen kesehatan nurani? Daun gugur ke bumi, ketika ketentuan telah sampai batas waktu pemupukan pepohonan. Daun gugur, regenerasi tumbuh di dahandahan, pucukpucuk daun
Js3nsz. - Rendra dikenal sebagai penyair paling kaya di Indonesia. Tak heran, karena ia sangat produktif dalam menciptakan dan memanfaatkan metafora-metafora untuk mendukung citraan dramatik dan visual dalam sajak-sajaknya. Salah satu karya yang paling melegenda adalah puisinya yang berjudul "Sajak Sebatang Lisong". Puisi Sajak Sebatang Lisong ini ditulis oleh Rendra sebagai bentuk kritik sosial terhadap semua yang terjadi di Indonesia Raya pada waktu yang sama dengan penulisannya. Baca juga Puisi Berjudul Cinta Tanpa Tanda Karya Sujiwo Tejo Telah ku tandakan semesta cintaku Puisi ini digunakan untuk menyindir seniman lain yang tidak peduli dengan lingkungannya. Rendra memberikan kritik keras kepada pemilik kebijakan yang terlalu banyak mengambil teori secara saklek tanpa memperhatikan kondisi yang sebenarnya. Berikut puisi Sajak Sebatang Lisong karya Rendra yang ditulis pada 19 Agustus 1977 ini menghisap sebatang lisong melihat Indonesia Raya mendengar 130 juta rakyat dan di langit dua tiga cukung mengangkang berak di atas kepala mereka matahari terbit Baca juga CONTOH Puisi Bertemakan Tentang Sahabat Lengkap dengan Maknanya
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Minggu pagi baca-baca puisi karya penyair hebat sekelas Rendra sangat menarik dan terasa masih cukup relevan dengan keadaan sekarang. Misalnya ada kalimat "dua tiga cukong mengangkang" sy jd teringat Anggodo vs KPK........ Puisi ini ditulis tahun 1977, seperti kata orang bijak belajar dari masa lalu untuk masa depan lebih baik, semoga bermanfaat............... Sajak Sebatang Lisong – Rendra Menghisap sebatang lisong melihat Indonesia Raya, mendengar 130 juta rakyat, dan di langit dua tiga cukong mengangkang, berak di atas kepala mereka Matahari terbit. Fajar tiba. Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan. Aku bertanya, tetapi pertanyaan-pertanyaanku membentur meja kekuasaan yang macet, dan papantulis-papantulis para pendidik yang terlepas dari persoalan kehidupan. Delapan juta kanak-kanak menghadapi satu jalan panjang, tanpa pilihan, tanpa pepohonan, tanpa dangau persinggahan, tanpa ada bayangan ujungnya. ………………… Menghisap udara yang disemprot deodorant, aku melihat sarjana-sarjana menganggur berpeluh di jalan raya; aku melihat wanita bunting antri uang pensiun. Dan di langit; para tekhnokrat berkata bahwa bangsa kita adalah malas, bahwa bangsa mesti dibangun; mesti di-up-grade disesuaikan dengan teknologi yang diimpor Gunung-gunung menjulang. Langit pesta warna di dalam senjakala Dan aku melihat protes-protes yang terpendam, terhimpit di bawah tilam. Aku bertanya, tetapi pertanyaanku membentur jidat penyair-penyair salon, yang bersajak tentang anggur dan rembulan, sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan termangu-mangu di kaki dewi kesenian. Bunga-bunga bangsa tahun depan berkunang-kunang pandang matanya, di bawah iklan berlampu neon, Berjuta-juta harapan ibu dan bapak menjadi gemalau suara yang kacau, menjadi karang di bawah muka samodra. ……………… Kita harus berhenti membeli rumus-rumus asing. Diktat-diktat hanya boleh memberi metode, tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan. Kita mesti keluar ke jalan raya, keluar ke desa-desa, mencatat sendiri semua gejala, dan menghayati persoalan yang nyata. Inilah sajakku Pamplet masa darurat. Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan. 19 Agustus 1977 ITB Bandung Potret Pembangunan dalam Puisi Lihat Puisi Selengkapnya
makna puisi sajak sebatang lisong