ILMUFIQIH ISLAM. Metodologi Studi Islam Fikih Tasawuf Dan Filsafat. Ilmu Fiqih Mutiara Islam. FiqihMuslim Com. Kumpulan Kitab Fiqih Madzhab Syafi’i PDF Galeri Kitab Kuning. Pengertian Fiqih Islam Menurut Bahasa Dan Istilah Bacaan. Ajaran Islam Empat Imam Mazhab Fikih Dalam Islam. Ilmu Fiqih Islam LENGKAP Ikhlas Karena Allah Matan Abu
SemulaDijawab: Mana yang seharusnya dipelajari terlebih dahulu, Fikh atau Tasawuf / Ilmu Tauhid? Tauhid yang utama untuk dipelajari, ibarat pohon, tauhid adalah akarnya, jika akarnya kuat maka bisa menopang pohon tersebut. Dalam rukun Islam yang pertama pun syahadat adalah tauhid. Awal Agama adalah mengenal Allah, siapa yang mengenal dirinya
PengertianTasawuf. By Asfihan Posted on June 21, 2022. Pengertian Tasawuf - Di dalam agama Islam, ada tiga ilmu fundamental yang harus diketahui umatnya, yakni fikih, tauhid, dan tasawuf. Ketiganya tidak bisa dipisahkan, menolong membentuk individu muslim yang sempurna. Ilmu fikih membicarakan tentang ibadah dan aturannya.
Ilmutauhid berisi masalah-masalah yang berkenaan dengan rukun iman yang wajib dipenuhi dan ditunaikan oleh setiap orang yang menyebut dirinya Muslim. Ilmu tauhid mengajari kita bagaimana benar-benar merasakan keesaan Allah Swt. Ilmu Fikih Fikih adalah ilmu tentang segala aturan pelaksaan ibadah dan syariat Islam.
IlmuKalam disebut juga Ilmu Teologi karena Teologi membicarakan zat Tuhan dari segalah aspeknya. 5. Persamaan dan perbedaan antara Ilmu Kalam, Ilmu Tasawuf dan Ilmu Filsafat. Ilmu kalam, ilsafat, dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian. Objek kajian Ilmu Kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya.
PengertianIlmu Kalam (Objek Kajian dan Aliran-alirannya) Perbedaan Ilmu Kalam Dengan Ilmu Lainnya | PDF. Jual Produk Buku Tauhid Ilmu Kalam Termurah dan Terlengkap Oktober 2021 | Bukalapak. STUDI ILMU KALAM DARAS STUDI ILMU KALAM I.pdfآ dibahas hubungan antara ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf.
Makadalam makalah kami ini kami telah membahas hubungan ilmu tasawuf dengan beberapa ilmu keislaman lainnya, diantaranya: Ilmu kalam, ilmu filsafat, ilmu jiwa, dan ilmu fikih. Dengan tujuan agar kita lebih mampu mengkorelasikan ilmu-ilmu tersebut dan bisa membandingbandingkannya. B. RUMUSAN MASALAH. 1.
Ilmuini mempelajari sifat-sifat Allah yang dikenal dengan istilah Asmaul Husna. Ilmu kalam: ilmu yang membahas tentang Ketuhanan yang berdasarkan rasio atau argumen logika sebagai pembuktian terhadap teks atau argumen nagli. Ilmu ini mempelajari firman Allah dalam Al Qur'an. Ushuluddin: ilmu yang mempelajari dasar Agama Islam. Ilmu Tauhid
Tasawufdan fiqh adalah disiplin ilmu yang saling menyempurnakan. Jika terjadi pertentangan diantar keduanya, berarti terjadi kesalahan dan penyimpangan. Maksudnya, boleh jadi seorang sufi berjalan tanpa fiqh atau menjauhi fiqh. Dengan kata lain, seorang ahli fiqh tidak mengamalkan ilmunya.
Dalamkaitannya dengan Ilmu Kalam, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan yang mendalam melalui hati terhadap ilmu tauhid atau Ilmu Kalam menjadikan ilmu ini lebih terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku.
BABII PENGERTIAN DAN TUJUAN MEMPELAJARI ILMU AKHLAK TASAWUF A. Pengertian dan Tujuan Mempelajari Ilmu Akhlak Kata "akhlak" berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqunyang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti kejadian
Tauhid(Arab: توحيد, tawhīd) adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah. Fikih adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya.
Fungsidan Tujuan Fiqih. Fungsi dari fiqih itu sendiri adalah untuk memahamkan kepada kita sebagai umat muslim agar dapat memahami, mengerti dan melaksanakan pokok-pokok hukum islam (syariat islam) dan tata cara pelaksanaannya agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Yang kemudian akan menjadikan kita sebagai muslim dan muslimah yang
ATasawuf dalam agama islam. 1.Pengertian Tasawuf. Penghayatan yang mendalam lewat hati (dzauq dan wijda>n) terhadap Ilmu Tauhid atau Ilmu Kalam menjadikan ilmu ini lebih terhayati dan teraplikasikan dalam prilaku. Dengan demikian, Ilmu Tasawuf merupakan penyempurna Ilmu Tauhid jika dilihat dari sudut pandang bahwa Ilmu Tasawuf merupakan
Pujisyukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan Rahmat, Taufiq, dan Hidayah-NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul "Hubungan Tasawuf Dengan Ilmu Filsafat, Dan Ilmu Jiwa". Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa agama islam hingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan islam yang kian
Yylzc. Antara Fiqih Dan Tasawuf Antara Fiqih Dan Tasawuf Galih Maulana, Lc Sun 6 August 2017 2147 41705 views Bagikan lewat Menilai tasawuf sebagai sesuatu yang menyimpang bukanlah perkara ringan, apalagi tasawuf sudah ada sejak lama dan tumbuh bersama tumbuhnya fiqih Islam. Bila ada penyimpangan-penyimpangan, itu hanyalah penyimpangan oknum atau sekelompok orang yang menisbatkan diri kepada tasawuf. Penyimpangan suatu kelompok dalam satu gerbong ilmu sudah biasa terjadi, seperti dalam akidah, kita bisa lihat kelompok menyimpang seperti Khowarij dan Mujassimah, dalam fiqih juga, ada yang mutasahil seperti orang-orang liberal ada juga juga yang mutasyadid. Namun yang pasti, tasawuf sudah ada sejak generasi emas umat Islam dan keberadaanya diakui oleh para ulama, bahkan Ibnu Taimiyah w 728 H menulis kitab khusus tentang tasawuf yang beliau namai Fiqh at-Tasawuf. Prinsip dalam beragama Seorang muslim ketika berkomitmen kepada Islam, maka dia akan mengambil seluruh ajaran dan ketentuan yang telah ditetapkan Islam. Mengambil sebagian ketentuan karena sesuai hawa nafsu dan meninggalkan sebagian karena tidak sesuai hawa nafsu adalah perangai buruk dari bangsa Israel dan merupakan sebab kebinasaan. Allah ﷻ berfirman أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ[1] “Apakah kamu berIman kepada sebahagian Al Kitab Taurat dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat” Imam Ahmad w 241 H dalam musnadnya membawakan sebuah hadits مهلا يا قوم، بهذا أهلكت الأمم من قبلكم، باختلافهم على أنبيائهم، وضربهم الكتب بعضها ببعض، إن القرآن لم ينزل يكذب بعضه بعضا، بل يصدق بعضه بعضا، فما عرفتم منه فاعملوا به، وما جهلتم منه فردوه إلى عالمه[2] “Tenanglah wahai kaum, inilah yang telah membinasakan umat-umat sebelum kalian, mereka menentang Nabi yang diutus kepada mereka dan mempertentangkan sebagian Taurot dengan sebagian lainnya. Sesungguhnya al-Qur’an tidaklah diturunkan untuk mendustakan sebagian ayat dengan ayat lainnya, justru membenarkan satu sama lain. Apa yang telah kamu mengerti dari al-Qur’an maka amalkanlah, adapun yang kamu tidak mengeri, tanyakanlah pada orang alim yang mengetahui maksudnya” Penulis sengaja menulis prinsip ini, agar menjadi pengantar untuk pembahasan berikutnya, karena memang yang akan dibahas adalah suatu hadits yang harus dipahami dan diambil maknanya secara keseluruhan. Hadits Jibril as Suatu hari Rosulullah ﷺ duduk bermajelis bersama sahabatnya, tiba-tiba datang seorang yang nampak asing menghampiri majelis beliau, rambutnya sangat hitam, bajunya sangat putih, bersih dan rapih, tidak seperti seorang musafir yang telah melakukan perjalanan panjang. Kemudian orang ini mendekati Rosulullah ﷺ, semakin dekat, sampai-sampai dia menempelkan kedua lututnya kepada lutut Nabi, kemudian meletakkan dua telapak tangannya ke atas dua paha Nabi, kemudian terjadilah tanya Jawab antara mereka berdua يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ الله ِﷺ اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ صَدَقْتُ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْئَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ، قَالَ أَنْ تؤمِنُ بِاللهِ، وَمَلاَئِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الآخِرِ، وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِحْسَانِ، قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ[3] “Wahai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam.” Nabi ﷺ menjawab ”Islam adalah kamu bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan kamu menunaikan haji ke Baitullah, jika kamu mampu melakukannya,” lelaki itu berkata,”Kamu benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya. Kemudian ia bertanya lagi “Beritahukan kepadaku tentang Iman”. Nabi menjawab “Iman adalah, kamu berIman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan berIman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.”Dia bertanya lagi “Beritahukan kepadaku tentang Ihsan”. Nabi ﷺ menjawab” Hendaklah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihatNya, kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.” Hadits tersebut adalah hadits yang dikenal dengan sebutan hadits Jibril, hadits yang memiliki kedudukan tinggi dalam Islam, berkata Imam al-Qurthuby w 671 H هذا الحديث يصلح أن يقال له أم السنة لما تضمنه من جمل علم السنة[4] “Hadits ini layak disebut sebagai ummu sunnah,induknya sunah, itu dikarenakan kandunganya yang menghimpun ilmu sunah secara global” Imam Nawawi w 676 H mengomntari hadits ini واعلم أن هذا الحديث يجمع أنواعا من العلوم والمعارف والآداب واللطائف بل هو أصل الإسلام[5] “Dan ketahuiah, bahwa sesunggunya hadits ini menghimpun berbagai macam jenis ilmu, ma’rifah pengetahun, adab dan hal-hal tersirat, bahkan hadits ini merupakan pokok ajaran Islam” Ibnu Daqiq w 702 H berkata هذا حديث عظيم قد اشتمل على جميع وظائف الأعمال الظاهرة والباطنة، وعلوم الشريعة كلها راجعة إليه ومتشعبة منه لما تضمنه من جمعه علم السنة فهو كالأم للسنة كما سميت الفاتحة أم القرآن لما تضمنته من جمعها معاني القرآن[6] “Hadits ini hadits yang agung, mencangkup seluruh fungsi dan kedudukan amal dhohir dan amal batin, semua ilmu tentang syariat Islam merujuk kepada hadits ini dan tercabang daripadanya, itu semua karena hadits ini mengandung ilmu sunah secara keseluruhan, dia seperti induknya sunah sama halnya seperti al-Fatihah yang dinamai induk al-Qur’an, karena kandungannya yang berisi makna-makna al-Qur’an secara keseluruhan” Cukuplah persaksian dan penjelasan ulama-ulama besar yang mengatakan keagungan hadits Jibril ini dan bahwasannya hadits ini memuat ajaran Islam secara menyeluruh atau paling tidak hadits ini sebagai dasar dari semua ajaran Islam yang bercabang-cabang. Dasar Fiqih dan Tasawuf Di akhir hadits Jibril, Nabi menjelaskan kepada Umar dan sahabat lainnya bahwa yang datang ke majelis beliau adalah malaikat Jibril, dia datang untuk mengajarkan agama Islam kepada para Sahabat; فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ “Dia adalah Jibril, datang kepada kalian untuk mengajarkan kepada kalian agama kalian” Bayangkanlah suatu majelis yang mana pengajarnya adalah Rosulullah dan malaikat Jibril dan pendengarnya adalah para sahabat, sungguh indah dan luar biasa. Mengapa Rosulullah mengatakan bahwa kedatangan malaikat Jibril adalah untuk mengajarkan agama Islam? Itu karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada Rosulullah menghimpun dasar-dasar dan jenis-jenis ilmu yang ada dalam Islam, Ibnu Rajab al-Hanbali mengatakan هو حديث عظيم جدا، يشتمل على شرح الدين كله، ولهذا قال النبي صلى الله عليه وسلم في آخره "هذا جبريل أتاكم يعلمكم دينكم" بعد أن شرح درجة الإسلام، ودرجة الإيمان، ودرجة الإحسان، فجعل ذلك كله دينا[7] “ini adalah hadits yang sangat agung, mencangkup semua penjelasan agama, oleh sebab itu Rosulullah bersabda pada akhir hadits tersebut “Dia adalah Jibril, datang kepada kalian untuk mengajarkan kepada kalian agama kalian” setelah menjelasakan kedudukan Islam, kedudukan Iman dan kedudukan Ihsan, yang mana itu semua dijadikan sebagai agama” Ibnu Rajab kemudian melanjutkan penjelasannya, bahwa yang dimaksud Islam dalam pertanyaan malaikat Jibril adalah setiap amal anggota tubuh yang dohir tampak baik itu berupa perbuatan atau ucapan. Intinya semua kewajiban berupa amalan dohir yang dibebankan kepada manusia adalah apa yang dimaksud Islam dalam hadits Jibril. Di antara dalil yang menguatkan penjelasan Ibnu Rajab ini adalah sabda Nabi المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده[8] “Seorang muslim adalah ketika kaum muslim selamat dari gangguan lisan dan tangannya” Lihatlah, ketika sesorang mampu menjaga lisan dan tangannya dari menyakiti orang lain maka dia disebut muslim, keIslaman seseorang dikaitkan dengan amal perbuatannya. Agar semua amal perbuatan kita diterima Allah dan menjadi sebab masuk ke dalam jannah, maka dua syarat yang harus dipenuhi, pertama harus diniatkah lillahi ta’ala dan yang kedua harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang sudah digariskan syari’at. Untuk megetahui aturan dan hukum yang berkaitan dengan amal perbuatan munusia yang bersifat dhohir tentu sangat sulit, namun alhamdulillah, ulama terdahulu yang cerdas, yang bertaqwa dan yang ikhlas telah berjuang mencurahkan seluruh waktu, harta dan kemampuannya untuk menyusun sebuah ilmu yang dapat memberi kemudahan bagi kita, orang awam, untuk bisa mempelajari mana yang halal mana yang haram, mana yang boleh dikerjakan mana yang tidak boleh dan sebagainya. Ilmu tersebut adalah ilmu Fiqih. Sebenarnya fiqih sebagai suatu makna tertentu sudah ada sejak dahulu, namun fiqih sebagai suatu disiplin ilmu adalah hal baru hasil kerja keras para ulama. Itu terbukti dari berbedanya definisi fiqih sebagai sebuah kata dalam bahasa Arab dengan definisi fiqih dalam arti sebuah ilmu. Definisi fiqih secara bahasa adalah paham, sebagaImana do’a Nabi Muhammad kepada Ibnu abbas اللّهم علّمه الدين و فقّهه في التأويل[9] “Ya Allah ajarkanlah dia agama dan pahamkan dia takwil-takwilnya” Sedangkan definisi fiqih secara istilah adalah العلم بالأحكام الشرعية العملية المكتسب من أدلتها التفصيلية[10] “Ilmu yang membahas tentang hukum syariat atas perbuatan-perbuatan dhohir, yang digali dari dalil-dalil secara terperinci” Itulah di antara khidmah para ulama dalam mengaplikasikan makna Islam dalam hadits Jibril dalam kehidupan nyata di Dunia ini. Maka sudah selayaknya bagi kita untuk berterima kasih dan menghormati jasa-jasa mereka -rohimahumullah-. Sedangkan di antara upaya kita agar mampu membumikan makna Islam dalam diri kita dengan benar adalah dengan belajar ilmu fiqih. Kemudian Iman ditafsirkan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan perbuatan hati atau amal batin berupa I’tiqod dan keyakinan kita tentang rukun Iman yang enam. Agar keyakinan kita benar, para ulama telah bersusah payah memilah, memilih dan merumuskan semua petunjuk yang mengarahkan kita kepada Iman yang benar, lahirlah apa yang disebut ilmu tauhid atau ilmu akidah. Begitu juga Ihsan, para ulama di antaranya Ibnu Rajab menjelaskan tentang maksud dari Ihsan ini, beliau berkata الإحسان هو أن يعبد المؤمن ربه في الدنيا على وجه الحضور والمراقبة، كأنه يراه بقلبه وينظر إليه في حال عبادته “Ihsan adalah ketika seorang mu’min beribadah kepada Tuhannya di Dunia ini dengan merasakan kehadiran dan pengawasanNya, seolah-olah dia melihat Allah dengan hatinya pada saat dia beribadah” Imam an-Nawawi w 676 H mengatakan فمقصود الكلام الحث على الإخلاص في العبادة ومراقبة العبد ربه تبارك وتعالى في إتمام الخشوع والخضوع “Yang dimaksud dengan ucapan Nabi tentang Ihsan adalah anjuran agar senantiasa ikhlas dalam beribadah serta merasakan pengawasan Allah ﷻ untuk menyempurnakan kekhusyu’an dan ketundukan sepenuhnya kepada Allah” Apabila seseorang telah mampu mencapai keadaan seperti ini, maka bukan tidak mungkin Allah menyingkap sebagiam rahasia atau hakikat yang orang lain tidak tahu. Seperti yang disebutkan dalam hadits mursal berikut ini أن النبي صلى الله عليه وسلم قال له كيف أصبحت يا حارثة؟ قال أصبحت مؤمنا حقا، قال انظر ما تقول، فإن لكل قول حقيقة، قال يا رسول الله، عزفت نفسي عن الدنيا فأسهرت ليلي وأظمأت نهاري، وكأني أنظر إلى عرش ربي بارزا، وكأني أنظر أهل الجنة في الجنة كيف يتزاورون فيها، وكأني أنظر إلى أهل النار كيف يتعاوون فيها. قال أبصرت فالزم، عبد نور الله الإيمان في قلبه[11] “sesungguhnya Nabi ﷺ bertanya kepada haritsah “bagaImana kabarmu pagi ini haritsah?” dia menjawab “pagi ini aku dalam kondisi mu’min hakiki” Nabi bertanya “apa maksud ucapanmu, karena setiap ucapan ada hakikatnya” dia menjawab “aku mencampakkan diriku dari dunia, aku beribadah sepanjang malam dan aku berpuasa sepanjang hari, maka aku seolah dapt melihat Arsy Tuhanku dengan jelas, dan aku seolah melihat ahli surga dalam surga bagaImana mereka saling berkunjung, dan seolah aku melihat ahli neraka dalam neraka bagaImana mereka saling menolong untuk keluar dari neraka” Nabi bersabda “kamu telah melihatnya, maka tetaplah seperti itu, seorang hamba yang telah Allah beri cahaya Iman dalam hatinya” Tersingkap atau tidaknya sebagian hakikat dan rahasia-rahasia Allah itu tidak bisa dideteksi dan dipastikan dengan akal dan panca indra, karena memang itu adalah pengalaman spiritual. Namun orang-orang sholeh nan alim yang telah mencapai derajat Ihsan tersebut menceritakan pengalaman-pengalamannya dan menjelaskan bagaimana cara agar sampai kepada derajat Ihsan tersebut. Namun satu yang pasti, bahwa para ulama yang sholeh yang telah mendapat cinta dari Allah alias menjadi waliyullah, akan mampu merasakan muroqobah pengawasan dari Allah, sehingga semua gerak-gerik tubuh dan hatinya selalu dijaga, adab dan akhlaknya akan menjadi baik dan ibadahnya akan penuh dengan kekhusyuan. Untuk mencapat derajat Ihsan ini tidaklah mudah, selain harus paham syari’at, menjaga kejernihan hati dan akhlak juga menjadi syarat yang harus dipenuhi, namun ternyata, para ulama terdahulu yang telah mencapai keadaan Ihsan ini sudah berupaya mencari, memilih, merenungi dan memahami apa saja yang bisa menghantarkan kita kepada derajat Ihsan, lalu mereka memetakan jalan-jalan menuju Ihsan ini, mereka beri rambu-rambu perjalanan, mereka beri peringatan akan apa saja yang menghalangi kita dalam menuju derajat Ihsan, inilah yang disebut ilmu tasawuf. Sebagaimana salah satu definisi yang dikatakan oleh Ma’ruf al-Karkhi w 200 H التصوف الأخذ بالحقائق واليأس مما في أيدي الخلائق[12] “Tasawuf adalah mencari kebenaran hakiki dan berpaling dari apa yang dimiliki makhluk” Maksudnya adalah hidup dan mati dipesembahkan untuk Allah semata,serta tidak memperdulikan apapun yang ada pada diri manusia, berupa harta, jabatan atau lainnya. Masih banyak lagi definisi tentang tasawuf ini, tidak ada yang baku untuk dijadikan patokan, karena memang definisi itu sendiri lahir dari pengalaman spiritual pribadi setiap ulama yang telah mencapai derajat Ihsan, namun pada intinya, semua definisi itu menggambarkan bagaimana keadaan seseorang agar bisa mencapai derajat Ihsan. Hubungan Fiqih dengan Tasawuf Telah kita bahas semua bahwa fiqih dan tasawuf memiliki dasar yang sama yaitu bertolak dari hadits Jibril, kemudian fungsi dari fiqih dan tasawuf juga sama, yaitu untuk berkhidmah mewujudkan kesempurnaan beragama bagi seorang muslim, fiqih untuk maqom Islam dan tasawuf untuk maqom Ihsan. Namun ada dua hal yang penting untuk dibahas mengenai hubungan antara fiqih dan tasawuf ini, yaitu Islam, Iman dan Ihsan bertingkat-tingkat Hadits ini meski dalam beberapa riwayat memiliki redaksi berbeda, tetapi urutan Islam Iman dan Ihsan adalah yang paling terpilih, kerena adanya at-taroqiy kenaikan tingkat. Ibnu Hajar w 852 H berkata ورجح هذا الطيبي لما فيه من الترقي[13] “Dan imam at-Thibi w 743 H merojihkan urutan ini karena di dalamnya terdapat kenaikan tingkat” Kenapa bisa terjadi kenaikan tingkat, pertama karena setiap mukmin pasti seorang muslim, namun tidak setiap muslim adalah seorang mukmin[14]. Di antara dalilnya adalah Allah ﷻ berfirman قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُل لَّمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِن قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِن تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُم مِّنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ [15] “Orang-orang Arab Badui itu berkata "Kami telah berIman". Katakanlah "Kamu belum berIman, tapi katakanlah 'kami telah berIslam tunduk', karena Iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” sabda nabi Muhammad ﷺ yang diriwayatkan Sa’ad bin Abi waqosh أن رسول الله ﷺ أعطى رهطا وسعد جالس فترك رسول الله صلى الله عليه وسلم رجلا هو أعجبهم إلي فقلت يا رسول الله ما لك عن فلان فوالله إني لأراه مؤمنا فقال أو مسلما[16] “Rosulullah ﷺ memberi sesuatu ke beberapa orang ketika itu Sa’ad bin Abi waqosh sedang duduk, namun Rosulullah tidak memberi kepada seorang diantara mereka, padahal dialah yang paling aku kagumi, maka aku bertanya ”wahai Rosulullah, kenapa engkau tidak memberi dia ? demi Allah aku melihat dia sebagai seorang mukmin, kemudian Nabi ﷺ menjawab ”atau seorang muslim” Hadits ini mengisyaratkan bahwa seseorang yang tidak diberi oleh Rosulullah ﷺ itu belum mencapai derajat mukmin sejati, akan tetapi hanya baru sampai pada derajat seorang muslim. Juga sabda Nabi Muhammad ﷺ ألا وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله، وإذا فسدت فسد الجسد كله، ألا وهي القلب . متفق عليه[17] “ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging, apabila segumpal daging tersebut baik, maka baiklah seluruh perbuatan tubuh. Dan apabila segumpal daging itu rusak, maka rusak pulalah seluruh perbuatan tubuh. ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati” Maksudnya adalah apabila hati seorang manusia telah diliputi Iman, secara otomatis akan memerintahkan jasad untuk mengimplementasikan keImanannya dalam kehidupan nyata, maka bergeraklah jasad mengamalkan syari’at Islam dengan totalitas. Namun ada juga orang yang dia memang melakukan amalan-amalan Islam, seperti sholat atau puasa, namun dia melakukannya asal-asalan, bolong-bolong atau malas-malasan, orang seperti tidak bisa dikatakan sebagai mukmin sejati, namun dikatakan dia adalah seorang muslim, karena dia mengamalkan syari’at Islam dan dihatinya masih ada Iman meskipun lemah. Adapun Ihsan, maka dia adalah derajat paling tinggi seorang hamba dalam agama Islam, ini dikarenakan seorang yang telah mencapai tingkat keImanan tinggi, akan tampak baginya hal-hal yang ghoib seperti nyata, tak ada lagi dalam hatinya bimbang dan keraguan, oleh sebab itulah nabi Muhammad ﷺ menyatakan bahwa Ihsan adalah “kamu beribadah kepada Allah seperti kamu melihatNya”, dan derajat Ihsan ini hanya dicapai oleh sedikit dari orang-orang mukmin. Dengan Ihsan inilah seluruh amalan lahir dan amalan batin menjadi sempurna, sebagai konsekuensi dari keyakinan dan kesadaran selalu diawasi oleh Allah ﷻ , akan terjaga seluruh anggota tubuh dari melakukan hal-hal yang buruk, akan terus hadir dalam hatinya kekhusyuan, ikhlas dan rasa takut kepada Allah, akan baik akhlak dan adabnya kepada sesama manusia dan makhluk lainnya, karena dia tahu bahwa itu semua merupakan bentuk ibadah kepada Allah, dan Allah selalu mengawasinya. Islam, Iman dan Ihsan tidak bisa terpisah, semuanya satu kesatuan yang disebut agama Meskipun disebut bertingkat-tingkat namun bukan berarti maknanya adalah mengerjakan satu dulu kemudian berpindah ke level berikutnya. Yang dimaksud tingkatan disini adalah tingkatan keimanan, yang tadinya lemah, mengerjakan ibadah tidak optimal, masih suka bermaksiat, sampai pada tingkat keimanan tinggi, yang mana mampu merasakan muroqobatullah. Sebagai contoh, saat orang imannya masih lemah, dia mengerjakan sholat, namun sholatnya tidak khusyu, tidak menjaga adab-adab dan sebagainya. Beda dengan orang yang sudah mencapai derajat ihsan, ketika dia sholat, hatinya khusyu, adab-adab dan sunah-sunahnya dijaga, serta sholatnya akan membentengi dia dari maksiat. Hal inilah yang sangat sulit dilakukan oleh kebanyakan kita, karena dalam prakteknya, meskipun kita mengerjakan suatu ibadah lengkap dengan semua rukun dan sunahnya, tetapi belum tentu mampu menghadirkan hati sepenuhnya untuk tunduk dan merendahkan diri di hadapan Allah, mungkin saja raga kita melaksakan sholat tetapi hati kita sibuk bersama dunia. Begitu juga dalam bermuamalah dengan manusia dan alam, mungkin kita berakhlak baik hanya ketika ada kepentingan, mungkin kita berakhlak baik hanya kepada golongan kita saja dan seterusnya. Padahal berakhlak baik adalah jenis ibadah juga, Rosulullah ﷺ bersabda مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِيْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيْءَ[18] “Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari Kiamat melainkan akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang suka berbicara keji lagi kotor” Inilah salah satu pentingnya belajar tasawuf di samping belajar fiqih, من تصوف ولم يتفقه فقد تزندق ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسّق ومن جمع بينهما فقد تحقق[19] “Barangsiapa bertasawuf tanpa fiqih maka akan menjadi zindiq, barangsiapa berfiqih tanpa tasawuf maka akanmenjadi fasiq, dan barangsiapa mengamalkan keduanya maka akan mencapai hakikat” Meski penisbatan ucapan ini kepada imam Malik w 179 H masih diperbincangkan, namun maknanya memang benar adanya, ketika orang bertasawuf namun tidak mempunyai pengetahuan tentang fiqih akan menjadi zindiq, dia seenaknya meninggalkan sholat karena merasa sudah dekat dengan Allah, begitu juga orang yang tau fiqih namun tidak bertasawuf, dia akan bermudah-mudahan dalam menjalankan syari’at, sholat asal-asalan yang penting sah,ah ini kan halal dalam madzhab Maliki, ah ini kan boleh dalam madzhab Hanafi dan sebagianya. Intinya Islam, Iman dan Ihsan adala satu kesatuan yang dinamakan agama Islam, semuanya berjalan bersama beriringan, barangsipa memisahkannya maka telah berkurang sebagian dari agama. [1] QS al-Baqoroh ayat 85 [2] HR. Ahmad [3] HR. Muslim [4] Fath al-Bari li Ibn Hajr 125/1 [5] Syarh an-Nawawi ala Shohih Muslim 160/1 [6] Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah li Ibni Daqiq al-Id hal. 29 [7] Jami’ al-Ulum wa al-Hikam, hal. 97 [8] Muttafaq alaihi [9] Muttafaq alaih [10] Definisi menurut Tajudin as-Subki, kitab jam’u al-jawami’ 1/42 [11] Jami’ al-Ulum wa al-Hikam li Ibni Rajab, hal. 127. Hadits mursal namun memiliki 49 syawahid. [12] Awafif al-Ma’arif, hal. 62 [13] Fath al-Bari 117/1 [14] Fathul bari 1/117, Syarah al-Arba’in an-Nawawiyah Jami’ al-Ulum wa al-Hikam 1/86-87 [15] QS al-Hujarot ayat 14 [16] HR. Bukhori [17] Muttafaq alaihi [18] HR. At-Tirmidzi [19] Hasiyah al-Adawi ala’ syarh al-Imam az-Zarqoni ala’ matn al-Aziyah fi al-Fiqh al-Maliki 195/3 Baca Lainnya more...
ILMU TAUHID Mengenal Allah, ILMU FIQIH Cara menyembah Allah DAN ILMU TASAWUF akhlaq oleh Majelis Dzikir Dan Kajian Agama “Arbabul-Hija” . بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Dengan menyebut nama Allah Yang Maha pengasih lagi Maha penyayang يَنْبَغِى لِكُـلِّ شَارِعٍ فِى فَنٍّ مِنَ الفُنُونِ أَنْ يَتَصَوَّرَهُ وَيُعَرِّفَهُ قَبْلَ الشُّرُوْعِ فِيْهِ لِيَكُونَ عَلَى بَصِيْرَةٍ فِيْهِ وَيَحْصُلُ التَّصَوُّرُ بِمَعْرِفَةِ المَباَدِى العَشَرَةِ المَنْظُومَةِ فىِ قَولِ بَعْضِهِمْ ؛ Seyogia yang mengandung pahala sunnah bagi setiap orang yang hendak mempelajari suatu ilmu, terlebih dahulu harus mengetahui uraian-uraian ilmu yang akan di pelajari, dengan harapan agar dapat mewaspadai ilmu yang akan di pelajari, dan uraian-uraian ilmu itu adalah dengan cara megenali 10 macam kerangka ilmu, sebagaimana penjelasan sya’ir yang di abadikan sebagian Ulama إِنَّ مَباَدِى كُـلَّ فَنٍّ عَشْـرَةُ الحَـدُّ وَالمَوْضُوعُ ثُمَّ الثَّـمْرَةُ وَفَضْـلُهُ وَنِسْـبَةٌ وَالوَاضِـعُ الإِسْمُ الإِسْتِمْدَادُ حُكْمُ الشَّارِعُ مَسَائِلٌ وَالبَعْضُ بِالبَعْضِ اكْتَفَى وَمَنْ دَرَى الجَمِيْعَ حَازَ الشَّرَفاَ – Sesungguhnya kerangka ilmu itu berjumlah sepuluh Definisinya1, penempatannnya2 serta hasilnya3 – Keutamaannya4, perbandingannya5 dan penciptanya6 Namanya7, sumbernya8, hukum agamanya9 – Dan masalah-masalahnya10, cukup diuraikan sebagian Namun siapa uraikan semua, kan dapat kemuliaan Demikianlah latar belakang penyusunan Mabade’ Ilmu artinya kerangka suatu ilmu dan hal ini disebut Muqoddimah ilmu artinya Pendahuluan suatu ilmu hingga diketahui seberapa besar pentingnya mempelajari ilmu tersebut dan juga hal yang lainnya. Dalam risalah ini kami tuangkan 3 bidang studi, yaitu Tauhid, Fiqih dan Tasawuf, berikut rinciannya ; 1. MUQODDIMAH ILMU TAUHID Ketika akan mempelajari ilmu Tauhid, maka saya katakan ; حَدُّهُ عِلْمٌ يَقْتدِرُ بِهِ عَلىَ إِثبْاَتِ العَقَائِدِ الدِّنِيَّةِ مُكْتَسِبٌ مِنْ أَدِلَّتِهَا اليَقِيْنِيَّةِ 1. Batasan Definisi ; Ilmu Tauhid adalah suatu ilmu yang menjadi pedoman untuk menetapkan aqidah agama Islam yang berdasarkan dalil-dalil yang meyakinkan. وَمَوْضُوعُهُ ذَاتُ اللهِ تَعاَلىَ وَصِفَاتُهُ بِحَيْثُ ماَيَجِبُ لَهُ وَماَ يَسْتَحِيْلُ وَماَيَجُوْزُ وَذَاتُ الرُّسُلِ كَذَلِكَ وَالمُمْكِنُ مِنْ حَيْثُ أَنَّهُ يُتَوَصَلُ بِهِ اِلىَ وُجُودِ صَانِعِهِ وَالمُسْمَعِيَّاتِ مِنْ حَيْثُ اِعْتِقَادِهَا بِذَاتِهِ تَعَالىَ وَذَاتِ رُسُلِهِ وَماَيَنْبَعُ مِنْ ذَلِكَ 2. Penempatan ruang lingkup ; Penempatan ilmu tauhid adalah menerangkan Dzat dan sifat Allah sekiranya sesuatu yang wajib, yang mustahil dan Hak preogratif di Allah Swt, menerangkan Dzat dan sifat para Rosul utusan Allah , menerangkan sesuatu yang mungkin, sekiranya menjadi dalil atas wujud Allah Swt, serta menerangkan sesuatu yang terdengar, yang harus di yakini pada Dzat Allah dan Dzat para Rosul-rosul Nya, juga menerangkan yang muncul dari hal-hal demikian. وَثَمْرَتُهُ مَعْرِفَةُ اللهِ وَصِفَاتهُ بِالبُرْهَانِ القَطْعِيَّةِ وَالفَوْزُ بِالسَّعَادَةِ الأَبَدِيَّةِ 3. Buah hasilnya ; Hasil mempelajari ilmu tauhid adalah mengenal Allah dan sifat-sifatnya dengan berdasarkan dalil-dalil yang pasti serta mendapatkan kebahagiaan yang kekal وَفَضْلُهُ مَعْرِفَةُ مَايُطْلَبُ اِعْتِقَادُهُ 4. Keutamaan kelebihannya ; Keutamaan ilmu tauhid adalah mengenal sesuatu yang harus di yakini hingga menjadi sebuah aqidah atau keyakinan di dalam agama Islam. وَنِسْبَتهُ أَنَّهُ أَصْلُ العُلُوْمِ وَماَسِوَاهُ فَرْعٌ 5. Perbandingan ilmu tauhid dengan Ilmu lainnya ; Perbandingan ilmu tauhid dengan ilmu-ilmu lainnya adalah bahwa ilmu tauhid adalah akar atau sumber semua ilmu dan selain ilmu tauhid adalah cabang-cabangnya. وَوَاضِعُهُ أَبُو الحَسَنِ الأَشْعَرِى وَمَنْ تَبِعَهُ وَأَبُو مَنْصُوْرِ الماَتُرِدِى وَمَنْ تَبِعَهُ بِمَعْنَى أَنَّهُمْ دَوَّنوُا كُتُبَهُ وَرَدُّوْا الشِّبْهَ الَّتِىْ أَوْرَدَتْهَا المُعْتَزِلَةُ وَاِلاَ فَلاَيَصِحُّ ِلأَنَّ التَّوْحِيْدَ جَاءَ بِهِ كُلُّ نَبِىٍّ مِنْ لَدُنِ أَدَمَ إِلىَ يَوْمِ القِيَامَةِ 6. Pencipta Penyusun ; Pencipta ilmu tauhid adalah Syekh Abul Hasan Al Asy’ariy serta pengikutnya dan Syekh Abu Mansur Al Maturidiy serta pengikutnya. Maksud pencipta di sini artinya adalah mereka yang menulis serta menyusun buku-buku tauhid dan menyangkal faham-faham sesat yang di kemukakan kaum Mu’tazilah atau kaum-kaum sesat lainnya, pencipta disini diartikan sebagai menulis kitab-kitab tentang pelajaran tauhid, karena tidaklah betul ilmu tauhid diciptakan oleh mereka secara sesunguh-nya, karena ilmu tauhid telah ada di bawa oleh setiap nabi-nabi semenjak Nabi Adam hingga zaman Nabi Muhammad Saw. وَاسْمُهُ عِلْمُ التَّوْحِيْدِ لأَنَّ مَبْحَثَ الوَحْدَانِيَّةِ أَشْهَرُ مَباَحِثهِ , وَيُسَمىَّ أَيْضًا عِلْمُ الْكَلاَمِ لأَنَّ المُتَقَدِّمِيْنَ كاَنوُا يَقُولُونَهُ فىِ التَرْجَمَةِ عَنْ مَباَحِثِ الكَلاَمِ 7. Nama namanya ; Ilmu ini dinamakan dengan ilmu “Tauhid” artinya meng-esa-kan, karena bahasan meng-esakan Allah dalam ilmu ini lebih populer dari pada bahasan yang lainnya, dinamakan pula dengan ilmu “Kalam” karena Ulama terdahulu sering mengatakan ilmu tauhid ini dengan sebutan ilmu kalam di dalam menterjemahkan bahasan-bahasan ilmu ini. وَاسْتِمْدَادُهُ مِنَ الأَدِلَّةِ العَقْلِيَّةِ وَالنَّقْلِيَّةِ القُرْآنِ وَالحَدِيْثِ 8. Nara Sumber ; Sumber ilmu tauhid adalah dari dalil-dalil logika dan dalil-dalil Naqliyyah referensi dari Al-Qur’an dan Al-Hadits. وَحُكْمُهُ شَرْعًا وُجُوْبُ العَيْنِى عَلىَ كُلِّ مُكَلَّفٍ وَكَذَا طَلَبٌ فِيْهِ 9. Hukum Agama ; Hukum mempelajari ilmu tauhid menurut agama Islam adalah wajib Aeni kewajiban Individu atas setiap mukallaf balig berakal demikan juga sama halnya menuntut ilmu tersebut juga hukumnya wajib Aeni. وَمَسَائِلُهُ اَلقَـضاَياَ الباَحِـثَةُ عَنِ الواَجِباَتِ وَالجَائِزاَتِ وَالمُسْتَحِيْلاَتِ 10. Masalah-masalah perihal ; Masalah-masalah ilmu tauhid adalah kaidah-kaidah yang membahas hal-hal wajib, membahas hak-hak preogratif dan juga membahas hal-hal yang mustahil. II. URAIAN BISMILLAH VERSI ILMU TAUHID وَيَنْبَغِى أَيْضًا لِكُلِّ شَارِعٍ فِى فَنٍّ مِنَ الفُنُونِ أَنْ يَتَكَلَّمَ بِطَرْفِ البَسْمَلَةِ مِمَّايُنَسِبُ ذَلِكَ الفَنَّ وَفَاءً بِحَقِّ البَسْمَلَةِ وَوَفَاءً ِبِحَقِّ الفَنِّ المَشْرُوعِ , وَحَقُّ الفَنِّ أَنْ يَتَكَلَّمَ الشاَّرِعُ بِطَرْفِ البَسْمَلَةِ مِمَّايُنَاسِبُ ذَلِكَ الفَنَّ المَشْروُعِ , وَحَقُّ البَسْمَلَةِ أَنْ لاَيَتْرُكَ الكَلاَمَ عَلىَ البَسْمَلَةِ رَأْسًا Seyogya yang mengandung nilai pahala sunnah juga, bagi orang yang hendak mempelajari sebuah ilmu adalah agar mengenali sepucuk uraian Bismillah menurut ilmu yang akan di pelajari, karena mengenal sepucuk uraian Bismillah adalah memenuhi hak Bismillah dan memenuhi hak ilmu yang di pelajari, hak ilmu adalah harus membicarakan sepucuk bahasan Bismillah sesuai dengan ilmu tersebut, sedang hak Bismillah ialah sedikitpun tidak meninggalkan membicarakan bahasan uraian Bismillah. وَالآنَ نُشَرِعُ فىِ فَنِّ التَّوْحِيْدِ فَيَنْبَغِى عَلَيْنَا أَنْ نَتَكلَّمَ ِبِطَرْفِ البَسْمَلَةِ مِمَّايُنَسِبُ الفَنَّ التوَّحِيْدِ Saat ini kita hendak mempelajari ilmu tauhid maka selayak-nya kita terlebih dulu membicarakan sepucuk uraian bahasan Bismillah sesuai dengan ilmu Tauhid. فَنَقُولُ أَنَّ حَرْفَ البَاءَ فىِ البسْمَلَةِ إِمَّا لِلْمُصَاحَبَةِ عَلىَ وَجْهِ التَّبَارُكِ أَوِْللأِسْتِعَانَةِ كَذَلِكْ وَلاَمَانِع مِنَ الأِسْتِعَانَةِ بِاِسْمِهِ تَعَالَى كَمَايُسْتَعَانُ بِذَاتِهِ Maka kami katakan bahwa huruf Ba pada permulaan kalimat Bismillah adakalanya mengandung arti kebersamaan dengan Allah dari sisi memohon keberkahan dengan menyebut nama Allah, adakalanya mengandung arti memohon pertolongan pada Dzat Allah dengan menyebut nama Nya, dan tidak terlarang memohon pada nama Allah Swt sebagaimana memohon pertolongan pada Dzat Nya. وَالأَوْلىَ جَعْلُهَا لِلْمُصَاحَبَةِ عَلىَ وَجْهِ التَّبَارُكِ أَوْ عَلىَ وَجْهِ الأِسْتِعَانَةِ بِذَاتِه تَعَالىَ ِلأَنَّ جَعْلَهَا لِلأِسْتِعَانَةِ بِاِسْمِهِ إِسَاءَةُ الأَدَابِ Dan yang paling utama adalah menafsirkan arti huruf Ba tersebut dengan arti kebersamaan dari sisi memohon keberkahan dengan menyebut nama Allah Swt. Atau dengan arti memohon pertolongan pada Dzat Allah, karena memohon pertolongan pada nama Allah adalah perbuatan tercela yang tercela. ِلأَنَّ الإِسْتِعَانَةَ تَدْخُلُ عَلىَ الآلَةِ فَيَلْزَمُ عَلَيْهَا جَعْلُ إِسْمِ اللهِ مَقْصُودًا لِغَيْرِهِ لاَ لِذَاتِهِ Karena memohon pertolongan pengertianya akan masuk pada penggunaan alat, seandainya memohon pertolongan itu pada nama Allah, maka nama Allah di jadikan sebagai alat yang memungkinkan maksud pada selain Allah, bukan tujuan pada Dzat Allah Swt. Memungkinkan bermaksud atau bertujuan memohon kepada selain Allah adalah terlarang dan menimbulkan kekufuran. اِلاَّ أَنْ يُقَالَ أَنَّ مِنْ جَعْلِهَا لِلأِسْتِعَانَةِ بِاسْمِهِ نَظْرًا اِلىَ جِهَةِ الأُخْرَى وَهِىَ أَنَّ الفَعْلَ المَشْرُوْعُ فِيْهِ لاَ يَتِمُّ عَلىَ وَجْهِ الأَكْمَلِ اِلاَّ بِاِسْمِهِ تَعَالىَ لَكِنْ قَدْ يُقَالُ مَظَنَّةُ الأِسَاءَةِ الأَدَابِ مَازَالَتْ مَوْجُوْدَةً Kecuali apabila diucapkan, bahwa menjadikan arti huruf Ba dengan memohon pertolongan pada nama Allah swt, adalah karena melirik ke sisi lain, yaitu melirik pada pengakuan alasannya, bahwa perbuatan yang hendak dilakukan seiring membaca Bismillah adalah tidak sempurna kecuali dengan menyebut nama Allah. Akan tetapi pengakuan alasan ini seperti inipun masih rentan menimbulkan dugaan yang salah hingga berakibat kekufuran yang selalu ada karenanya. Kesimpulannya bahwa huruf Ba tidak boleh diartikan memohon pertolongan kepada nama Allah Swt, akan tetapi sesungguhnya memohon pertolongan itu adalah pada Dzat Allah Swt, bukanlah pada nama. وَمَعْنَى الباَءِ الإِشاَرِىُّ بِى كَانَ مَاكَانَ وَبِى يَكوُنُ مَايَكوُنُ وَحِيْنَئِذٍ يَكوُنُ فىِ البَاءِ إِشَارَةٌ اِلىَ جَمِيْعِ العَقَائِدِ ِلأَنَّ المُرَادَ بِى وَجَدَ مَاوَجَدَ وَبِى يوُجَدُ مَايوُجَدُ Makna huruf Ba dari sisi isyarat yang terkandung di dalam-nya adalah Allah Swt berkata, “OlehKU telah terjadi sesuatu telah terjadi, olehKU pula akan terjadi sesuatu akan terjadi” dari arti ini huruf Ba merupakan pertanda dari semua unsur aqidah, karena sesungguhnya yang di maksudkan dari aqidah itu adalah “OlehKU telah terwujud sesuatu yang telah terwujud, olehKU pula akan terwujud sesuatu yang akan terwujud”. وَلاَ يَكوُنُ كَذَلِكَ اِلاَّ مَنِ اتَّصَفَ بِصِفَاتِ الكَمَالِ وَتَنَزَهَ عَنْ صِفَاتِ النُّقْصاَنِ كَمَاكَرَّرَهُ بَعْضُ الأَئِمَّةِ التَّفْسِيْرِ Tidaklah huruf Ba mengandung makna Isyarat seperti demikian, kecuali makna Isyarat tersebut terdapat pada Dzat yang memiliki sifat sempurna serta tersucikan dari sifat-sifat yang kurang, sebagaimana kandungan makna seperti itu di tetapkan oleh para Ulama-Ulama tafsir. وَالأِسْمُ عِنْدَ البِصْرِيِّيْنَ مُشْتقٌ مِن السُّمْوٌ وَهُوَ العُلُوْ دوُنهُ ِِِِلأَنَّهُ يَعْلُوْ مُسَمَّاهُ Kalimat “Ismu” pada Bismillah menurut Ulama-ulama kota Bashroh Iraq adalah diambil dari kalimat “sumwun” artinya tinggi, kalimat ismu tidak di artikan selain makna tinggi karena makna tinggi memberikan pertanda Maha tinggi nama yang di sebutnya yaitu nama Allah Swt. وَاللهُ عَلَمٌ عَلىَ الذَّاتِ الواَجِبِ الوُجوُدِ المُسْتَحِقُّ بِجَامِيْعِ المَحَامِدِ Nama Allah adalah sebuah nama pada Dzat yang wajib wujudnya, Dzat yang paling berhak mendapat segala pujian. وَالرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ صِفَتاَنِ مَأْخوُذَتاَنِ مِنَ الرَّحْمَةِ بِمَعْنىَ الأِحْسَانِ لاَبِمَعْناَهَا الأَصْلِىِّ الَّذِىْ هُوَ رِقَّةٌ فىِ القَلْبِ تَقْتَضِىْ التَّفَضُّلَ وَالأِحْسَانَ ِلأِسْتِحَالَةِ ذَلِِكَ فىِ حَقِّهِ تَعَالىَ Kalimat “Arrohman Arrohiim” adalah dua buah sifat Allah yang di ambil dari kata “Arrohmah” artinya pemberi kebaikan, kedua kalimat tersebut tidak di artikan dengan makna “Arrohmah” yang sesungguhnya yaitu kasih sayang dari dalam hati yang menimbulkan memberi penghormatan dan kebaikan pada yang di sayanginya, karena kasih sayang timbul dari lubuk hati mustahil bagi Allah Swt, Allah tidak memiliki hati. III. MUQODDIMAH ILMU FIQIH Ketika akan mempelajari Ilmu Fiqih, maka saya katakan حَدُّهُ عِلْمٌ بِاَحْكَامٍ الشَّرْعِيَّةِ العَمَلِيَّةِ المُكْتَسِبَةِ مِنْ أَدِلَّتِهَا التَّفْصِيْلِيَّةِ 1. Batasan definisi ; Batasan Ilmu Fiqih adalah ilmu tentang hukum-hukum agama dala suatu amal perbuatan, dan hukum tersebut berdasarkan dari dalil-dalil yang rinci. وَمَوْضُوعُهُ أَفْعَالُ المُكلَّفِيْنَ 2. Penempatan ruang lingkup ; Ruang lingkup Ilmu Fiqih adalah pada perbuatan-perbuatan orang mukallaf, yaitu orang yang telah balig dan berakal. وَثَمْرَتُهُ إِمْتِثَالُ أَوَامِرِاللهِ تَعَالىَ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ 3. Buah hasilnya ; Yang di hasilkan dari Ilmu Fiqih adalah dapat mengetahui cara memenuhi perintah Allah serta menjauhi larangan Nya. وَفَضْلُهُ فَوْقَانُهُ عَلَى سَائِرِالعُلُوْمِ , لِقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فىِ الدِّيْنِ 4. Keutamaan kelebihannya ; Keutamaan Ilmu Fiqih adalah lebih utama diantara ilmu-Ilmu lainnya, karena Sabda Nabi Saw ; “Barang siapa Allah menghendaki baik kepadanya maka Allah memberi karunia kepadanya dapat memahami agama Islam”. وَنِسْبَتُهُ اَلمُغَايِرَةُ لِلْعُلُوْمِ 5. Perbandingan Ilmu Fiqih dengan Ilmu lainnya ; Perbandingan Ilmu fiqih terhadap ilmu-ilmu lainnya adalah Ilmu Fiqih mempengaruhi ilmu lainnya. وَوَاضِعُهُ اَلأَئِمَّةُ المجُتْهَِدُوْنَ كَالاِمَامِ الشَّافِعِى وَماَلِكِ 6. Pencipta penyusun ; Penyusun Ilmu fiqih adalah para Imam Mujtahid mutlak sebagai pemimpin madhab seperti Imam Syefei Muhammad bin Idris, Imam Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hambal. وَاسْمُهُ عِلْمُ الفِقْهِ 7. Nama ; Nama Ilmu ini adalah Ilmu Fiqih. وَاسْتِمْدَادُهُ مِنَ الكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَالإِجْمَاعِ وَالقِيَاسِ 8. Nara Sumber ; Sumber Ilmu fiqih adalah dari Al-Qur’an, Hadits, Ijma’Ulama dan dari Qiyas usul fiqih. وَحُكْمُهُ شَرْعًا وُجُوْبُ العَيْنِى أَوْالكَفَائِى 9. Hukum ; Hukum mempelajari Ilmu fiqih menurut hukum agama adalah ada yang wajib aeni ada juga yang fardu kifayah. وَمَسَائِلُهُ اَلقَضَايَا كَالنِّيَّةِ وَاجِبَةٌ وَنَحْوِهِ 10. Masalah-masalah perihal ; Masalah-masalah yang terdapat pada Ilmu fiqih adalah pernyataan-pernyataan hukum, seperti niat dalam ibadah itu wajib, dan lain sebagainya. IV. URAIAN BISMILLAH VERSI ILMU FIQIH وَالآنَ أَيْضاً نُشَرِعُ فىِ فَنِّ الفِقْهِ فَيُقَالُ البَسْمَلَةُ مَطْلُوبَةٌ فىِ كُلِّ أَمْرٍ ذِى بَالٍ أَى حَالٍ يُهْتَمُّ بِهِ شَرْعًا بِحَيْثُ لاَيَكُونُ مُحَرَّمًا ِلذاتِهِ وَلاَ مُكَرَّهًا كَذَلِكَ وَلاَ سَفَاسِفَ الأُمُوْرِ أَىْ مُحَقَّرَتِهاَ Ketika akan mempelajari ilmu fiqih, maka dikatakan ; Membaca Bismillah diperintahkan di setiap kali mengawali perbuatan baik, artinya di segala perkara yang di anggap penting menurut agama. Penting di sini dalam Ilmu fiqih adalah bukan haram dzatiy inti, bukan makruh dzatiy dan juga bukan dari perkara yang hina. وَالحَاصِلُ أَنَّهَا تَعْتَرِيْهَا الأَحْكَامُ الخَمْسَةُ Kesimpulannya bahwa hukum membaca Bismillah terbagi lima bagian, yaitu ; الوُجُوبُ , كَمَافِى الصَّلاَةِ عِنْدَناَ مَعَاشِرَ الشَّافِعِيَّةِ a. Wajib ; Sebagaimana hukum membaca Bismillah ketika mendirikan shalat, menurut madhab kita Imam Syafei. الاِسْتِحْباَبُ , عَيْناً كَماَ فِى الوُضُوءِ وَالغُسْلِ , وَكِفَايَةً كَمَا فِى أَكْلِ الجَمَاعَةِ وَكَمَافِى جِمَاعِ الزَّوْجَيْنِ فَتَكْفِى تَسْمِيَةُ أَحَدِهِمَا b. Sunnah ; Hukum membaca Bismillah terbagi dua bagian, pertama sunnah aen, yaitu sebagaimana saat mau malaksanakan wudlu atau mandi besar. Kedua sunnah kifayah, yaitu sebagaimana saat makan berjama’ah, saat bersenggama pasangan suami istri, dalam membacda Bismillah cukup salah seorang dari mereka. اَلحَرَمُ ذَاتِى كَالزِّناَ لاَِلعَارِضٍ كَالوُضُوءِ بِماَءٍ مَغْصُوْبٍ c. Haram ; Hukum membaca Bismillah haram adalah pada perbuatan yang hakikatnya memang haram, seperti zina. Akan tetapi apa bila pada perbuatan yang haram Aridli hal baharu maka membaca Bismillah tidak haram, seperti saat mau berwudlu dengan air yang di dapat dari mencuri. اَلمَكْرُوْهُ ذَاتِى كَالنَّظْرِ الفَرْجِ زَوْجَتِهِ لاَِلعَارِضٍ كَأَكْلِ البَصَلِ d. Makruh ; Hukum membaca Bismillah makruh adalah pada perbuatan yang hakikatnya memang makruh, seperti melihat pada kelamin antara suami dan istri. Akan tetapi apa bila pada perbuatan yang makruh Aridli maka membaca Bismillah tidak makruh, seperti saat mau memakan bawang putih. Karena dapat menimbulkan bau yang tidak sedap. اَلمُبَاحُ الَّتِى لاَشَرَفَ فِيْهَا كَنَقْلِ مَتَاعٍ مِنْ مَكَانٍ اِلىَ آخَرَ e. Mubah atau boleh ; Hukum membaca Bismillah boleh adalah pada perbuatan yang tidak memiliki nilai terhormat, seperti memindahkan benda dari suatu tempat ke tempat lain. لِقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ أَمْرٍ ذِى بَالٍ لاَيُبْدَأُ فِيْهِ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَبْتَرُ أَوْأَقْطَعٌ أَوْأَجْذَمُ وَالمَعْنَى عَلَى كُلٍّ أَنَّهُ نَاقِصٌ وَقَلِيْلُ البَرَكَةِ Karena sabda Nabi Saw yaitu ; “Setiap perkara yang memiliki nilai baik ketika tidak di awali dengan Bismillah maka perkara itu laksana hewan terputus ekornya, atau berpenyakit kudis, artinya kurang baik dan sedikit keberkahannya”. HR. Bukhori Muslim V. MUQODDIMAH ILMU TASAWUF Ketika akan mempelajari ilmu Tasawuf, maka saya katakan ; حَدُّهُ عِلْمٌ يُعْرَفُ بِهِ أَحْواَلُ النَّفْسِ وَصِفاَتِهاَ الذَّمِيْمَةِ وَالحَمِيْدَةِ 1. Batasan definisi ; Batasan ilmu Tasawuf adalah suatu ilmu yang menjadi pedoman untuk mengetahui keadaan hawa nafsu setiap orang dan sifat-sifatnya, baik sifat-sifat yang tercela ataupun sifat-sifat yang terpuji. وَمَوْضُوعُهُ النَّفْسُ مِنْ حَيْثُ ماَيُعْرَضُ لَهاَ مِنَ الأَحْواَلِ وَالصِّفاَتِ 2. Penempatan ruang lingkup ; Penempatan atau letak ilmu Tasawuf adalah menerangkan hawa nafsu sekiranya dari membicarakan yang terjadi padanya baik dari sisi keadaan ataupun dari sisi sifat-sifatnya. وَثَمْرَتُهُ التَّوَصُلُ بِهِ إِلىَ تَخْلِيَّةِ القَلْبِ عَنِ الأَغْياَرِ وَتَحْلِيَّتِهِ بِمُشاَهَداَتِ المُلُكِ الغَفَّارِ 3. Buah hasilnya ; Hasil mempelajari ilmu Tasawuf adalah sebagai penghubung untuk dapat mengosongkan hati dari setiap selain Allah Swt dan menghiasi hati dengan menyaksikan Allah Yang Maha Raja nan Maha pengampun. وَفَضْلُهُ فَوْقاَنُهُ عَلَى ساَئِرِ العُلُوْمِ مِنْ جِهَةِ أَنَّهُ يُوْصِلُ إِلىَ تَخْلِيَّةِ القَلْبِ عَنِ الأَغْياَرِ وَتَحْلِيَّتِهِ بِمُشاَهَداَتِ المُلُكِ الغَفَّارِ 4. Keutamaan kelebihannya ; Keutamaan ilmu Tasawuf adalah melebihi keutamaan ilmu yang lain di lihat dari sisi bah ilmu Tasawuf akan menghubungkan untuk dapat mengosong-kan hati dari setiap selain Allah Swt dan menghiasi hati dengan menyaksikan Allah Yang Maha Raja nan Maha pengampun. وَنِسْبَتهُ لِلْعُلُوْمِ فَهِىَ أَنَّهُ أَصْلُ كُلِّ عِلْمٍ وَماَسِواَهُ فَرْعٌ وَنِسْبَتُهُ لِلْباَطِنِ كَنِسْبَةِ الفِقْهِ إِلىَ الظَّاهِرِ 5. Perbandingan ilmu Tasawuf dengan Ilmu lainnya ; Perbandingan ilmu Tasawuf dengan ilmu-ilmu lainnya adalah bahwa ilmu Tasawuf adalah dasar bagi setiap ilmu dan selain ilmu Tasawuf adalah cabang-cabangnya. Dan perbandingan ilmu Tasawuf dengan batin adalah seperti ilmu Fiqih pada ilmu dohir. وَوَاضِعُوْهُ فَهُمْ الأَئِمَّةُ الأَعْياَنِ العاَرِفُوْنَ بِرَبِّهِمْ المَناَنِ كاَلشَّيْخِ ابْنِ عَطاَءِ اللهِ وَالإِماَمِ الغاَزَلىِ وَغَيْرِ ذَلِكَ 6. Pencipta penyusun ; Pencipta ilmu Tasawuf adalah para Imam hakikat yaitumereka yang makrifat kepada Tuhannya Yang Maha memberi, seperti Syekh Ibnu Athoillah,Al-Imam Al-Gozaliy dan lain sebagainya. Pencipta di sini artinya adalah mereka yang menulis serta menyusun buku-buku Tasawuf dan menyangkal faham-faham sesat yang di kemukakan kaum Mu’tazilah atau kaum-kaum sesat lainnya, pencipta disini diartikan menulis kitab-kitab tentang pelajaran Tasawuf karena tidaklah betul ilmu Tasawuf diciptakan oleh mereka secara sesunguhnya, karena ilmu tasawuf telah ada di bawa oleh setiap nabi-nabi dari semenjak Nabi Adam as. Hingga zaman baginda Nabi Muhammad di hari Qiyamah. وَاسْمُهُ عِلْمُ التَّصَوُفِ أَوْ عِلْمُ الأَخْلاَقِ 7. Nama ; Ilmu ini di namakan dengan ilmu “Tasawuf” artinya ilmu sufistik, atau di sebut juga dengan ilmu akhlaq, dalam melatih serta mengendalikan hawa nafsu. وَاسْتِمْدَادُهُ مِنَ كَلاَمِ اللهِ وَكَلاَمِ رَسُوْلِهِ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْناَنٍ وَذَوِى اليَقِيْنِ وَالعِرْفاَنِ 8. Nara Sumber ; Sumber ilmu Tasawuf adalah dari firman-firman Allah Swt, sabda-sabda Nabi rasulullah Saw yaitu penghulu dari keturunan Adnan, dan juga dari para Ulama yang memiliki keyakinan yang sungguh dan para ahli makrifat. وَحُكْمُهُ الوُجُوْبُ العَيْنِى عَلَى كُلِّ مُكَلِّفٍ , وَذَلِكَ ِلأَنَّهُ كَماَيَجِبُ تَعَلُّمُ ماَيُصْلِحُ الظَّاهِرَ كَذَلِكَ يَجِبُ تَعَلُّمُ ماَيُصْلِحُ الباَطِنَ 9. Hukum ; Hukum mempelajari ilmu Tasawuf adalah wajib Aeni atas setiap mukallaf hukum demikan dikarenakan bahwa sesungguhnya sebagaimana diwajibkan mempelajari ilmu yang memperbaiki dohir ilmu Fiqih demikian juga diwajibkan untuk mempelajari ilmu yang memperbaiki batin ilmu Tasawuf. وَمَسَائِلُهُ اَلقَضاَياَ الَّتِى يُبْحِثُ فِيْهاَ عَنْ عَواَرِضِهِ الذَّاتِيَّةِ كاَلفَناَءِ وَالبَقاَءِ وَالمُراَقَبَةِ وَغَيْرِ ذَلِكَ 10. Masalah-masalah perihal ; Masalah-masalah ilmu Tasawuf adalah kaidah-kaidah yang membahas sifat-sifat hawa nafsu yang berjenis Dzat, seperti kebinasaan, kekekalan, pendekatan diri kepada Allah Swt dan lain sebagainya. VI. URAIAN BISMILLAH VERSI ILMU TASAWUF وَالآنَ نُشَرِعُ فىِ فَنِّ التَّصَوُفِ فَيَنْبَغِى عَلَيْنَا أَنْ نَتَكلَّمَ ِبِطَرْفِ البَسْمَلَةِ مِمَّايُنَسِبُ الفَنَّ التَّصَوُفِ Ketika saat ini kita hendak mempelajari ilmu Tasawuf maka selayaknya kita terlebih dulu membicarakan sepucuk uraian bahasan Bismillah sesuai dengan ilmu Tasawuf. فَنَقُولُ أَنَّ مِمَّايَتَعَلَقُ بِالبَسْمَلَةِ مِنَ المَعاَنىِ الدَّقِيْقَةِ ماَقِيْلَ ؛ إِنَّ الباَءَ بَهاَءُ اللهِ وَالسِّيْنُ سَناَءُ اللهِ وَالمِيْمُ مَجْدُ اللهِ Maka kami katakan bahwa diantara makna-makna halus yang berkaitan dengan Bismillah adalah seperti dikatakan ; bahwa huruf Ba artinya keagungan Allah, huruf Sin artinya keluhuran derajat Allah dan huruf Mim artinya kemuliaan Allah. وَقِيْلَ الباَءُ بُكاَءُ التَّائِبِيْنَ وَالسِّيْنُ سَهْوُ الغاَفِلِيْنَ وَالمِيْمُ مَغْفِرَتُهُ لِلْمُذْنِبِيْنَ Dan disebutkan ; huruf Ba artinya tangisan orang-orang yang bertaubat, huruf Sin artinya lalainya orang-orang lupa dan huruf Mim artinya ampunan Allah Swt kepada orang-orang yang berdosa. وَقاَلَ بَعْضُ الصُّوْفِيَّةِ ؛ أَللهُ ِلأَهْلِ الصَّفاَ الرَّحْمَنُ ِلأَهْلِ الوَفاَ الرَّحِيْمُ ِلأَهْلِ الجَفاَ Sebagian Ulama ahli Tasawuf berkata ; dalam kalimat Bismillah Allah adalah bagi ahli shofa yang suci hatinya, Ar-Rohmaan adalah bagi ahli Wafa yang dikabulkan permohonannya dan Ar-Rohiim adalah bagi ahli Jafa jahat dan durhaka kepada Allah Swt. وَقاَلُوْا أَوْدَعَ اللهُ جَمِيْعَ العُلُوْمِ فىِ الباَءِ أَىْ بىِ كاَنَ وَبىِ يَكُوْنُ ماَ يَكُوْنُ , فَوُجُوْدُ العَواَلِمِ بىِ وَلَيْسَ لِغَيْرِى وُجُوْدٌ حَقِيْقِىٌ إِلاَّ بِالإِسْمِ وَهُوَ مَعْنَى قَوْلِهِمْ ؛ ماَنَظَرْتُ فىِ شَيْءٍ إِلاَّ وَرَأَيْتُ اللهَ فِيْهِ أَوْ قَبْلَهُ Para Ulama ahli Tasawuf atau ahli makrifat berkata ; Allah menyimpan semua ilmu pada huruf Ba, artinya “OlehKU telah terjadi sesuatu telah terjadi, olehKU pula akan terjadi sesuatu akan terjadi”. Oleh karenanya wujud semua alam adalah sebab Aku, dan selain Aku tidak ada wujud yang hakiki kecuali dengan nama-Ku, hal ini adalah makna pendapat para Ulama ahli makrifat, yaitu “Tidak semata-mata aku melihat sesuatu perkara melainkan aku melihat Allah Swt akan ada-nya perkara itu atau sebelum adanya perkara itu” وَالرَّحْمَنُ أَيْضاً ؛ كَثِيْرُ الرَّحْمَةِ وَرَحْمَتُهُ عاَمَّةٌ عَلَى جَمِيْعِ مَخْلُوْقاَتِهِ فَيَنْبَغِى لِكُلِّ شَخْصٍ أَنْ يَرْحَمَ أَخاَهُ لِلْمُواَفَقَةِ لَهُ عَزَّ وَجَلَّ Lafadz Ar-Rohmaan juga mengandung makna ; banyak kasih sayang, dan rahmat Allah adalah menyeluruh kepada semua makhluk-Nya, oleh karena itu setiap orang selayaknya dapat mengasihi sesama saudaranya, menyamai dengan kasih sayang yang terkandung dalam lafadz Ar-Rohmaan, yaitu sifat Allah Yang Maha luhur nan Maha Mulia. TAMMAT oooOO*OOooo PUSTAKA KATEGORI TAUHID 1. Syekh Ibrahim Al-Bajuriy Syekh, Risalah Al-bajuriy, Matan Tizan Ad-Daruriy, cet. Daarul Ihya Indonesia 2. Syekh Ibrahim Al-Bajuriy Syekh, Hasyiah Tuhfatul Marid, cetakan Usaha keluarga Semarang 3. Syekh Ahmad Al-Juhariy Matan Jauhar Tauhid, cetakan Usaha keluarga Semarang. 4. Sayyid Ahmad Zaeni Dahlan, Fathul-Jawad Al-Mannan, cetakan Piramida Surabaya Indonesia 5. Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawiy, Qotrul-Ghoets Sayarah Abu Laets Samarqondiy, cetakan Serikat Al-Ma’arif Bandung Dan masih banyak lagi yang lain PUSTAKA KATEGORI FIQIH 1. Syekh Abu Bakar Ibnu Muhammad Satho, Hasyiah I’anatu-Tholibin 4 Jilid, cetakan Serikat Nur Asia. 2. Sayyid Abdurraman bin Muhammad bin Husen bin Umar Ba’lawiy, Bughiyatul Murtasyidin, cetakan Usaha keluarga Semarang 3. Abu Abdul Mukti Syekh Muhammad bin Umar bin Ali Nawawi Al-Jawiy Al-Bantaniy At-Tanariy, Ulama abad 14 H. Nihayatuz-Zen, cetakan Serikat Nur Asia 4. Syekh Ibrohim Al-Bajuriy, Hasyiah Al-Bajuriy Ala Ibnu Qosim Al-Ghoziy 2 Jilid, cetakan Daarul Ihyaa Kutubul-Arobiyyah Indonesia 5. Al-Imam Taaqiuddin Abu Bakar bin Muhammad Al-Husainiy Al-Hisniy Ad-Damiskiy, Kifayatul-Akhyar Fi Halli Ghoyatil Ikhtishor, cet. Usaha Keluarga Semarang 6. Syekh Zakaria Al-Anshoriy, Tuhfatut-Tholab, cetakan Usaha Keluarga Semarang 7. Syekh Ahmad bin Hijaziy Al-Fasyaniy, Mawahibus-Shomad Fi Halli Alfadzil-Zubad Lil Al-Alamah Ahmad bin Ruslan, cet. Usaha Keluarga Semarang 8. Syekh Sa’id bin Muhammad Ba’syan, Busyrol Karim syarah Masa’ilut-Ta’lim, Syekh Abdullah bin Abdur-rahman BaFadlol Al-Hadromiy, cet. serikat Nur Asia Dan masih banyak lagi yang lain PUSTAKA KATEGORI TASAWUF 1. Syekh Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim Ibnu Athoillah Al-Kandariy, Syarah Al-Hikam, cetakan Usaha keluarga Semarang 2. Syekh Ihsan Muhammad Dakhlan Al-Jampesiy Al-Kediri, Sirojut-Tholibin syarah Minhajul Abidin Al-Imam Ghozaliy 2 Jilid, Daarul Ihya Al-Kutubul-Arobiyyah Indonesia 3. Al-Qutub Robbaniy Sayid Abdul Wahab Asy-Sya’roniy, Tanbihul Mughtarin, cetakan Serikat Nur Asia Dan masih banyak lagi yang lain Semoga catatan ini bisa menjadi rujukan anda dalam menggali ilmu agama dan meningkatkan keimanan, sehingga akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.. Allah mengetahui segalanya.
Jakarta Sebagai umat muslim, kamu perlu mengenal istilah tasawuf. Tasawuf adalah bagian dari ilmu Islam yang penting. Dalam Islam, ada tiga ilmu dasar yang harus dipahami umatnya. Ilmu ini adalah ilmu tauhid, fiqih, dan tasawuf. Tasawuf adalah perwujudan dari ihsan dalam syariat Islam. Tasawuf adalah ilmu yang berfokus pada membangun diri untuk menjauhi hal duniawi. Tasawuf adalah ilmu yang memiliki berbagai versi asal sejarahnya. Beberapa pendapat mengungkapkan tasawuf adalah ilmu yang lahir di luar Islam. Sebagai umat Islam, tasawuf adalah ilmu yang penting diketahui. Tasawuf adalah salah satu ilmu yang mengajarkan tentang upaya untuk tetap hidup sederhana, jauh dari hal-hal duniawi. Tasawuf juga bisa diartikan sebagai proses manusia dalam berhijrah menuju kebaikan. Untuk lebih jelasnya, kali ini akan mengulas seara rinci mengenai tasawuf sebagai ilmu dasar yang penting dalam Islam. Dilansir dari simak ulasan selengkapnya berikut TasawufIlustrasi Sikap Tasawuf Credit atau yang juga dikenal dengan sufisme adalah ajaran bagaimana menyucikan jiwa, menjernihan akhlak, membangun dhahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagian abadi. Tasawuf berasal dari kata sufi. Menurut Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat dari Jurusan Tafsi Hadis dan Akidah Filsafat IAIN Surakarta, dalam TASAWUF Sejarah, Madzhab, dan Inti Ajarannya, ada sejumlah versi berbeda dalam mengartikan apa itu sufi atau tasawuf. Setidaknya ada ada enam pendapat dalam hal itu, yakni kata suffah yang berarti emperan masjid Nabawi yang didiami oleh sebagian sahabat Anshar. Hal ini karena amaliah ahli tasawuf hampir sama dengan apa yang diamalkan oleh para sahabat tersebut, yakni mendekatkan diri kepada Allah Swt., dan hidup dalam kesederhanaan. kata Shaf yang berarti barisan. Istilah ini dianggap oleh sebagian ahli sebagai akar kata tasawuf karena ahli tasawuf adalah seorang atau sekelompok orang yang membersihkan hati, sehingga mereka diharapkan berada pada barisan shaf pertama di sisi Allah Swt. kata shafa yang berarti bersih, karena ahli tasawuf berusaha untuk membersihkan jiwa mereka guna mendekatkan diri kepada Allah Swt. kata shufanah, nama sebuah kayu yang bertahan tumbuh di padang pasir. Hal ini karena ajaran tasawuf mampu bertahan dalam situasi yang penuh pergolakan ketika itu, ketika umat muslim terbuai oleh materialisme dan kekuasaan, sebagaimana kayu shufanah yang tahan hidup ditengah-tengah padang pasir yang tandus. Kata Teoshofi, bahasa Yunani yang berarti ilmu ketuhanan, karena tasawuf banyak membahas tentang ketuhanan. Kata shuf yang berarti bulu domba, karena para ahli tasawuf pada masa awal memakai pakaian sederhana yang terbuat dari kulit atau bulu domba wol. Meski punya definisi beragam, tasawuf punya arti yang satu yaitu upaya untuk mendekatkan diri pada Tuhan dan menjauhi hal-hal yang bersifat duniawi. Masih dalam sumber yang sama, tasawuf dapat diartikan sebagai metode untuk mencapai kedekatan atau penyatuan antara hamba dan Tuhan dan juga untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan hakiki mak‟rifat dan atau inti rasa Sikap Tasawuf Credit beberapa versi munculnya ilmu tasawuf. Ada yang percaya bahwa tasawuf sudah ada sebelum Nabi Muhammad SAW menjadi rasul. Ada pula yang meyakini tasawuf muncul setelah kerasulan Nabi. Tasawuf muncul sebelum Nabi Muhammad SAW menjadi rasul Sebagian pendapat mengatakan bahwa paham tasawuf merupakan paham yang sudah berkembang sebelum Nabi Muhammad menjadi Rasulullah. Ini berasal dari orang-orang dari daerah Irak dan Iran yang baru masuk Islam sekitar abad ke-8 M. Meski sudah masuk Islam, hidupnya tetap memelihara kesahajaan dan menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan keduniaan. Tasawuf berasal dari zaman Nabi Muhammad SAW Sebagian pendapat lagi mengatakan bahwa asal usul ajaran tasawuf berasal dari zaman Nabi Muhammad SAW. Berasal dari kata "beranda" suffa, dan pelakunya disebut dengan ahl al-suffa, seperti telah disebutkan diatas. Mereka dianggap sebagai penanam benih paham tasawuf yang berasal dari pengetahuan Nabi Muhammad. Tasawuf muncul setelah zaman Nabi Muhammad SAW Pendapat lain menyebutkan tasawuf muncul ketika pertikaian antar umat Islam pada zaman Khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, khususnya karena faktor politik. Pertikaian antar umat Islam karena karena faktor politik dan perebutan kekuasaan ini terus berlangsung dimasa khalifah-khalifah sesudah Utsman dan Ali. Munculah masyarakat yang bereaksi terhadap hal ini. Mereka menganggap bahwa politik dan kekuasaan merupakan wilayah yang kotor dan busuk. Mereka melakukan gerakan uzlah, yaitu menarik diri dari hingar-bingar masalah duniawi. Lalu munculah gerakan tasawuf yang di pelopori oleh Hasan Al-Bashiri pada abad kedua TasawufIlustrasi Sikap Tasawuf Credit membantu seseorang untuk tetap berada di jalan Allah SWT. Dengan tasawuf seseorang tidak berlebihan dalam hal duniawi dan tetap fokus pada iman dan takwa. Ada beberapa prinsip yang bisa dilakukan dalam ber-tasawuf. Menurut ahli sufi, Profesor Angha dalam The Hidden Angels of Life, prinsip tasawuf yang bisa dilakukan adalah Zikir Zikir adalah proses pemurnian hati, pembersihan dan pelepasan. Orang-orang yang melakukan zikir bertujuan mendekatkan diri pada Tuhan melalui doa dan melantunkan lafaz zikir. Fikr Meditasi Saat pikiran bingung atau bertanya-tanya, pusatkan perhatian ke dalam diri dengan berkonsesntrasi di satu titik. Meditasi yaitu perjalanan kegiatan mental dari dunia eksternal menuju esensi diri. Sahr Bangkit Membangkitkan jiwa dan tubuh sebagai proses mengembangkan kesadaran maata dan telinga. Selain itu juga sebagai proses mendengarkan hati, dan proses meraih akses menuju potensi diri yang tersembunyi. Ju'i Merasa Lapar Merasakan lapar hati dan pikiran untuk bertahan mencari dan mendapatkan suatu kebenaran. Proses ini melibatkan hasrat dan keinginan yang mendalam untuk tetap tabah dan sabar mencari jati diri. Shumt Menikmati Keheningan Berhenti berpikir dan mengatakan hal yang tidak perlu. Kedua ini merupakan proses menenangkan lidah dan otak serta mengalihkan dari godaan eksternal menuju Tuhan. Shawm Puasa Tidak hanya tubuh yang berpuasa melainkan pikiran juga. Proses ini termasuk puasa fisik, bermanfaat untuk melepaskan diri dari hasrat dan keinginan otak serta pandangan atau persepsi indera eskternal. Khalwat Bersunyi Sendiri Berdoa dalam kesunyian, baik secara eksternal maupun internal dan melepaskan diri. Bersunyi sendiri tetap bisa juga dekat dengan orang lain atau di tengah orang banyak. Khidmat Melayani Menyatu dengan kebenaran Tuhan. Seseorang menemukan jalan jiwa untuk pelayanan dan pertumbuhan diri.
pengertian ilmu tauhid ilmu fiqih dan ilmu tasawuf